Redaksi23.com.Jakarta, – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali menunjukkan tren pelemahan. Hal ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal kemungkinan tercapainya kesepakatan tarif dagang dengan beberapa negara besar seperti India, Korea Selatan, Jepang, dan China.
Analis komoditas dan mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pernyataan Trump mendorong penguatan dolar secara global, sehingga menekan mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah.
“Pernyataan Presiden Trump soal kesepakatan tarif membuat dolar AS menguat terhadap banyak mata uang. Rupiah pun diperkirakan akan melemah,” kata Lukman dalam wawancaranya di Jakarta, Jumat (2/5).
Kesepakatan tarif ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mengurangi risiko resesi yang menghantui perekonomian AS. Sejumlah pakar ekonomi pun mulai memprediksi skenario resesi dalam waktu dekat.
Presiden Peterson Institute for International Economics (PIIE), Adam Posen, memperkirakan potensi resesi di AS mencapai 65 persen. Ia menyoroti ketidakpastian kebijakan pemerintah yang turut memperbesar risiko tersebut.
Hal senada juga disampaikan Gary Clyde Hufbauer, peneliti senior nonresiden di PIIE. Ia memperkirakan ekonomi AS akan mulai memasuki fase resesi pada semester kedua tahun 2025, seiring dengan menurunnya sentimen konsumen dan melambatnya aktivitas dunia usaha.
Sinyal resesi makin kuat dengan dirilisnya data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 oleh The Kobeissi Letter. Data menunjukkan kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar minus 0,3 persen, jauh dari ekspektasi pasar yang memproyeksikan pertumbuhan positif.
“Kontraksi ini merupakan yang pertama sejak pertengahan 2022. Investor kini memfokuskan perhatian pada dinamika tarif dan implikasinya terhadap kondisi ekonomi global,” tambah Lukman.
Di pasar valuta asing, rupiah dibuka melemah 25 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.602 per dolar AS pada Jumat pagi. Sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp16.577 per dolar AS.