Ketegangan India dan Pakistan Memuncak Usai Serangan di Kashmir, Dunia Internasional Khawatir

Ketegangan India dan Pakistan Memuncak Usai Serangan di Kashmir, Dunia Internasional Khawatir

Redaksi23.com. Islamabad/New Delhi,— Hubungan diplomatik antara dua negara bersenjata nuklir di Asia Selatan kembali berada di titik nadir. Pakistan mengambil langkah tegas dengan menutup wilayah udaranya untuk seluruh penerbangan India, menghentikan perdagangan lintas batas, serta meminta para diplomat India untuk segera meninggalkan negaranya.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Keputusan ini merupakan balasan langsung dari Islamabad atas sejumlah tindakan keras yang dilakukan India setelah insiden penembakan brutal terhadap wisatawan di Kashmir beberapa hari lalu. Islamabad menilai India telah melancarkan bentuk perang intensitas rendah terhadap negaranya.

“Pakistan menyatakan penasihat militer India, termasuk dari Angkatan Laut dan Udara, sebagai persona non grata. Mereka harus meninggalkan wilayah Pakistan sesegera mungkin,” demikian pernyataan resmi dari Kantor Perdana Menteri Shehbaz Sharif yang dirilis Jumat (25/4) dan dikutip oleh AFP.

Pemerintah Pakistan juga mengumumkan bahwa semua visa yang sebelumnya diberikan kepada warga negara India akan dicabut, kecuali bagi para peziarah Sikh.

Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, dalam konferensi pers menyebut bahwa negaranya siap menghadapi eskalasi apapun. “Kami tidak akan tunduk pada tekanan internasional untuk melindungi kedaulatan kami,” tegasnya.

Konflik ini mencuat usai serangan mengerikan terhadap 26 wisatawan di kawasan Pahalgam, Kashmir yang dikelola India. Para pelaku bersenjata keluar dari hutan pinus dan membabi buta menembaki kerumunan, memisahkan pria dari wanita dan anak-anak, bahkan mengeksekusi beberapa korban dari jarak dekat.

Laporan saksi mata menyebutkan, beberapa pria dipaksa melafalkan syahadat—yang gagal, dieksekusi di tempat. Hampir semua korban merupakan warga India, dengan satu korban berasal dari Nepal.

Polisi India menduga kuat bahwa serangan ini dilakukan oleh kelompok militan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan. Tiga tersangka bersenjata diidentifikasi, dua di antaranya diketahui berkewarganegaraan Pakistan. Sebuah kelompok bayangan bernama The Resistance Front (TRF) juga mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut. Pemerintah India menyebut TRF sebagai kedok baru dari LeT.

Menanggapi insiden itu, Perdana Menteri India, Narendra Modi, bersumpah akan menghukum siapa pun yang bertanggung jawab, termasuk negara yang memberikan dukungan terhadap terorisme. Pemerintah India telah mengambil langkah diplomatik yang drastis, termasuk menangguhkan perjanjian pembagian air dan menutup perbatasan darat utama dengan Pakistan. India juga memberi batas waktu hingga 29 April bagi seluruh warga negara Pakistan non-diplomatik untuk meninggalkan wilayahnya.

Langkah ini menandai eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir, mengingat sejarah panjang konflik bersenjata antara kedua negara, termasuk tragedi Pulwama pada 2019, di mana serangan bunuh diri menewaskan 40 anggota paramiliter India dan memicu serangan udara India ke wilayah Pakistan.

Analis internasional menyuarakan kekhawatiran atas potensi konfrontasi militer terbuka. Serangan terhadap wisatawan dinilai sebagai pukulan telak bagi industri pariwisata Kashmir, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Beberapa hotel di kawasan wisata melaporkan pembatalan massal sejak kejadian tersebut.

Pasukan keamanan India kini melakukan operasi besar-besaran untuk memburu pelaku. Puluhan orang telah ditahan dalam rangka penyelidikan.

Back To Top