BMKG: NTB Masih Berpotensi Hujan di Awal Juni, Waspadai Cuaca Ekstrem Lokal

BMKG: NTB Masih Berpotensi Hujan di Awal Juni, Waspadai Cuaca Ekstrem Lokal

Redaksi23.com.Mataram, (NTB). — Meski sudah memasuki bulan Juni, wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) masih berpotensi diguyur hujan. Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) NTB, yang menyatakan bahwa wilayah ini tengah mengalami fase peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau.

Dalam keterangannya, Prakirawan BMKG NTB, Ummi Maulidita, menyebutkan bahwa pada dasarian I Juni 2025 (1–10 Juni), peluang curah hujan di atas 20 mm per dasarian mencapai 50% hingga 90% di sebagian besar wilayah NTB. Bahkan, potensi curah hujan di atas 50 mm per dasarian juga masih cukup tinggi, yakni 10–40%, khususnya di wilayah Pulau Lombok, Sumbawa Barat, sebagian Sumbawa, Dompu, dan Bima.

“Potensi hujan memang mulai berkurang, namun masih ada risiko hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah,” jelas Ummi, Minggu (1/6/2025).

 Kondisi Iklim Terkini:

BMKG juga melaporkan bahwa indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino–Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral. IOD tercatat pada indeks -0.15, sementara anomali suhu permukaan laut (SST) di wilayah Nino3.4 sebesar -0.18. Kedua fenomena ini diperkirakan akan tetap netral hingga semester kedua 2025.

Kondisi ini diperkuat oleh masih dominannya angin barat di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk angin timur yang mulai terlihat di kawasan Jawa bagian timur, Kalimantan utara, Sulawesi, Bali, NTB, dan NTT. Suhu muka laut di sekitar Indonesia juga terpantau lebih hangat dari normal, dengan anomali sekitar +0,355°C.

Meskipun fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) saat ini belum aktif, BMKG memprediksi MJO akan kembali aktif pada akhir Mei hingga Juni awal, yang bisa meningkatkan potensi hujan lokal dalam waktu singkat.

Imbauan dan Kesiapsiagaan:

BMKG mengingatkan masyarakat NTB untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi secara tiba-tiba dan bersifat lokal. Risiko seperti angin kencang, banjir, serta tanah longsor masih mungkin terjadi selama masa peralihan ini.

“Warga juga bisa memanfaatkan curah hujan yang masih turun untuk mengisi embung, waduk, dan penampungan air hujan lainnya sebagai persiapan menghadapi musim kemarau yang akan datang,” imbau Ummi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top