Keluarga Korban Ledakan Garut Bantah Tuduhan TNI : Mereka Pekerja Bukan Pemulung

Keluarga Korban Ledakan Garut Bantah Tuduhan TNI : Mereka Pekerja Bukan Pemulung

Redaksi23.com.Garut, Jawa Barat – Polemik menyelimuti insiden ledakan maut pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, yang merenggut 13 nyawa. Kini, muncul bantahan tegas dari pihak keluarga korban atas pernyataan resmi TNI yang menyebut warga sipil berada di lokasi karena ingin mengambil sisa logam.

Agus Setiawan, kakak dari salah satu korban meninggal dunia, Rustiawan, menyatakan bahwa para korban bukan pemulung, melainkan pekerja harian lepas yang diupah oleh TNI sebesar Rp150.000 per hari.

“Mereka bekerja membuka peluru dan selongsong amunisi. Diupah per hari, bukan mulung,” kata Agus kepada wartawan, Selasa (14/5/2025).

“Kami Kuli, Bukan Pemburu Logam”

Agus menjelaskan bahwa aktivitas para korban dilakukan secara resmi dan hanya saat diminta oleh pihak TNI, tepat ketika logistik amunisi tidak layak pakai telah tiba di lokasi pemusnahan.

“Paling kerja itu 12 hari selesai. Jadi bukan cari-cari besi bekas. Kami datang atas permintaan dan diberi kerjaan,” tegasnya.

Pernyataan ini sekaligus membantah narasi Puspen TNI yang sebelumnya menyebut keberadaan warga sipil terjadi karena kebiasaan masyarakat setempat mengambil serpihan logam pasca-ledakan.

Video Viral dan Kronologi yang Dipisahkan

Terkait video viral yang memperlihatkan warga menggunakan motor masuk ke area lokasi, Agus membenarkan bahwa momen itu terjadi di hari yang sama, namun sebelum ledakan kedua yang menewaskan 13 orang.

“Yang di video itu memang rombongan kami juga, tapi bukan di saat ledakan yang bikin orang meninggal. Itu sebelumnya, waktu habis peledakan awal,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa setelah peledakan pertama, warga sempat mengumpulkan sisa logam. Namun, ledakan kedua yang justru terjadi saat pemusnahan detonator tidak didahului oleh pemberitahuan bahaya tambahan kepada warga.

> Baca Juga : 13 Tewas Akibat Ledakan Amunisi di Garut, TNI dan DPR Didesak Transparan

Respons TNI: Masih Dalam Penyelidikan

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, menyebut bahwa berdasarkan informasi yang diterima, kebiasaan masyarakat setelah peledakan adalah mengambil sisa logam karena memiliki nilai jual.

“Kenapa mereka mendekat? Karena ada nilai jual dari tembaga, besi, dan serpihan logam lainnya,” ujarnya.

Sementara itu, Kadispenad Brigadir Jenderal Wahyu Yudhayana mengakui bahwa masuknya warga ke area berbahaya saat proses pemusnahan menjadi bagian dari investigasi TNI yang sedang berjalan.

Desakan Kebenaran: Klarifikasi Publik Dinantikan

Pernyataan dari keluarga korban menjadi sinyal kuat bahwa harus ada kejelasan dan tanggung jawab penuh dalam peristiwa ini. Poin utama yang ditekankan adalah pentingnya membedakan antara warga yang bekerja atas perintah dan yang datang secara mandiri.

Desakan untuk investigasi menyeluruh dan transparan, termasuk keterlibatan sipil dalam proses berbahaya, semakin menggema, terlebih setelah korban jiwa tak hanya datang dari kalangan militer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top