16 Hari Pasca Ekshumasi Brigadir MN, Polda NTB Masih Tertutup, Publik : Tenggelam Atau Dibunuh Atasan?

16 Hari Pasca Ekshumasi Brigadir MN, Polda NTB Masih Tertutup, Publik : Tenggelam Atau Dibunuh Atasan?

Redaksi23.com.-Sudah dua minggu berlalu sejak proses ekshumasi jenazah Brigadir Muhammad Nurhadi dilakukan oleh Polda NTB. Namun hingga kini, tak ada kejelasan yang disampaikan secara resmi kepada publik mengenai hasil otopsi maupun perkembangan penyelidikan. Keheningan ini menambah panjang daftar kejanggalan dalam kematian anggota Subbid Paminal Bid Propam tersebut.

Nurhadi ditemukan tak bernyawa di kolam renang vila tempat ia menginap bersama dua atasannya, Kompol YG dan Ipda HC, di kawasan Gili Trawangan, Lombok Utara, pada 16 April 2025 lalu. Meski diklaim sebagai kecelakaan tenggelam, keluarga dan kerabat korban merasakan ada hal yang tak beres sejak awal.

Kronologi: Dari Vila Mewah ke Klinik Terdekat

Menurut informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Nurhadi sebelumnya sedang menikmati waktu di kolam vila The Beach House Resort bersama dua atasannya. Sekitar pukul 17.00 WITA, ia ditemukan tak sadarkan diri di dasar kolam sedalam 1,2 meter. Anehnya, korban baru dibawa ke klinik sekitar pukul 21.30 WITA, menimbulkan pertanyaan besar soal jeda waktu penanganan yang begitu lama.

Tim medis dari Klinik Warna Medika telah berupaya melakukan CPR dan menggunakan alat AED, namun tak berhasil menyelamatkan nyawa Nurhadi. Dokter menyebut tidak ditemukan luka memar serius pada tubuh korban, hanya ada darah kering. Fakta ini justru menambah kecurigaan publik: benarkah Nurhadi hanya tenggelam, atau ada faktor lain yang lebih gelap?

Polda NTB Lakukan Ekshumasi Jenazah

Desakan keluarga akhirnya mendorong dilakukan ekshumasi pada 1 Mei 2025 di TPU Desa Sembung, Narmada. Otopsi digelar dengan melibatkan tim forensik dari Mabes Polri, RS Bhayangkara, dan Universitas Mataram. Harapannya, penyebab pasti kematian bisa segera diketahui.

Pihak Polda NTB saat itu menjelaskan ke awak media bahwa hasil ekhumasi akan disampaikan setelah 14 hari proses pemeriksaan tim medis.

Namun hari ini sudah 16 hari berlalu, hasil otopsi belum juga diumumkan. Polda NTB hanya mengatakan bahwa mereka “masih menunggu hasil laboratorium.” Di sisi lain, proses hukum juga belum menunjukkan progres berarti. Publik bertanya-tanya, mengapa transparansi seolah menjadi barang mewah dalam kasus ini?

Bayang-Bayang Kasus Sambo

Minimnya keterbukaan dalam kasus ini mengingatkan publik pada kasus pembunuhan Brigadir J oleh mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo. Keduanya sama-sama personel internal pengawasan, sama-sama tewas dalam situasi janggal, dan sama-sama dikelilingi oleh sikap diam institusi.

Publik, terlebih netizen, mulai menggulirkan pertanyaan tajam di kolom komentar media sosial: “Apakah ini Sambo Jilid Dua?” Apakah benar ada rekayasa di balik kematian Nurhadi yang sengaja ditutup-tutupi oleh pihak berwenang?

Panggilan untuk Transparansi dan Keadilan

Kematian anggota kepolisian dalam situasi mencurigakan harus ditangani secara terbuka. Apalagi jika menyangkut peran atasan yang turut berada di lokasi kejadian. Bila keadilan hanya berlaku untuk segelintir orang, maka institusi hukum akan kehilangan legitimasi di mata rakyat.

Publik luas menanti kejelasan terhadap transparansi pihak kepolisian. Penegakan hukum tak bisa hanya sekadar retorika. Sudah waktunya Polda NTB bersikap terbuka dan menuntaskan kasus ini secara objektif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top